Jumat, 26 Desember 2008

Mei 1968: “Revolusi” Perancis (Materi Anggota I)

Mei 1968: “Revolusi” Perancis

Oleh Lain Gunn

Jum'at, 3 Mei satu rapat umum besar diselenggarakan di Universitas Sorbonne Paris untuk memprotes penutupan Universitas Nanterre sehari sebelumnya. Aksi tersebut merupakan kelanjutan dari bentrokan antara kelompok-kelompok sayap kanan dan mahasiswa yang memprotes Perang Vietnam semingu yang lalu. Rapat umum Sorbonne dihadiri hanya tiga ratus aktivis mahasiswa. Tetapi pada petang hari pertempuran besar berkobar di Boulevard St Michel, dan mengakibatkan 72 anggota polisi dan banyak mahasiswa terluka, 600 orang ditahan dan apa yang terjadi pada saat itu dalam sejarah dicatat sebagai peristiwa Perancis Mei.

Dengan menggunakan berita rumor bahwa kaum sayap kanan akan berusaha menyerang rapat mahasiswa tersebut, para pejabat universitas memanggil polisi. Pada awalnya polisi hanya berkeliling di sekitar Sorbonne, kemudian setelah negosiasi disepakati untuk membiarkan mahasiswa membubarkan diri. Dengan damai dan dengan berkelompok setiap 25 orang, perempuan dan laki-laki secara terpisah. Wanita diperbolehkan keluar, namun ketika kelompok pertama keluar mereka segera ditangkapi dan dipaksa untuk memasuki mobil polisi. Keramaian berkembang dan mahasiswa dengan marah maju ke depan. Ketika pertama bus berusaha pergi menuju Boulevard St Michel, sebagian diblokade oleh kerumunan mahasiswa yang semakin membesar.

Polisi mulai menembakkan gas air mata, pertempuran Mei di jalan dimulai. Tercekik, batuk, mata pedih, namun rakyat mulai terkumpul di Boulevard. Kemudian mereka segera berkelompok kembali dan menyerang bus polisi. Orang-orang muda mulai bergabung ke dalam protes tersebut, keluar dari kafe-kafe, toko buku, sekolah untuk bergabung dengan demonstrasi. Polisi dan Polisi Anti Huru-hara menggunakan gas air mata untuk membubarkan mereka, tetapi pada saat yang sama mahasiswa memberikan perlawanan sengit kembali.

Hari berikutnya pers dan media penuh dengan komentar tentang reaksi mahasiwa yang tidak dapat diterima. Sementara pemerintah menuduh sekelompok kecil agitator. Namun satu hal menjadi jelas-perasaan marah dan frustasi merembes ke seluruh masyarakat Perancis., bukan hanya di Universitas, tetapi juga di pabrik dan tempat-tempat kerja.

Selama akhir minggu 'komite-komite pertahanan' dan 'komite-komite aksi' terbangun di tempat-tempat tinggal, College dan sekolah, untuk menuntut dibebaskannya mahasiswa yang ditahan dan dibukanya kembali Universitas Sorbonne. Seorang menteri pemerintah menuduh bahwa demonstrasi diorganisir oleh 'groupuscule'.

Pada hari Senin pagi, 6 Mei, kerumunan massa lebih dari 20.000 berkumpul di Istana Denfert-Rocherau. Meneriakkan 'Kami adalah groupuscule' dan 'Kami Menolak Represi' dan 'Bebaskan Kawan-Kawan Kami', barisan dengan damai menuju universitas Sorbonne, dan masih ditutup oleh Polisi Anti Huru-hara.

Terjadi pengumpulan-pengumpulan massa di Boulevard utama, rakyat mulai mencabuti tiang-tiang besi dan mengambil batu-batu, kemudian melempari polisi, memaksa mereka untuk mundur. Polisi membalasnya dengan gas air mata dan perintah untuk mundur.

Kaum Buruh

Pada hari berikutnya terjadi dua kali demonstrasi, bukan hanya mahasiwa. Ribuan kaum buruh, murid-murid sekolah, guru dan dosen bangkit juga. Untuk mencegah bentrokan berlanjut para organiser membuat barisan di Seine, hingga Champs-Elyses, menyanyikan lagu internasionale dibawah Arc de Triomphe. Kekerasan dihindari, tetapi sayap kanan ternyata marah.

Pada hari Jum'at kumpulan massa besar lain terjadi di Left Bank. Sekali lagi, mereka berusaha berbaris menyeberangi sungai, kali ini semua jembatan diblokade oleh CRS (polisi anti huru hara), dan massa berkumpul di Latin Quarter. Secara spontan barikade terbangun dan bergerak ke arah Boulevard St Michel dan jalan-jalan lain di sekitar Sorbonne. Hanya setelah tengah malam sebuah delegasi dikirim ke Sorbonne dengan tuntrutan: tarik mundur polisi dari Quarter, buka kembali Sorbonne dan bebaskan para tahanan.

Selagi kerumunan massa menunggu, penduduk yang kebanyakan klas menengah dan tinggal di flat-flat makmur di sepanjang Boulevard memberikan minuman dan makanan kepada keurumunan massa, menunjukkan begitu jauh opini publik merembes pada beberapa hari terakhir.

Segera setelah pengumuman dibuat, dan tidak ada jaminan untuk membebaskan para tahanan dapat dibuat. Polisi dengan terang-terangan mulai bergerak ke jalan.

Pada jam 2.15 pagi polisi bergerak. Kekerasan yang paling jelas terlihat di Perancis sejak perang. Jutaan orang mendengarkan radio dan pada hari berikutnya di televisi mereka melihat puing-puing yang masih tersisa, mobil-mobil hangus, sisa-sisa barikade, batu-batu, pecahan kaca, dan asap gas air mata di sekitar jalan.

Pemerintah bertindak terlalu jauh. Serikat buruh memberikan dukungan dan menggelar pemogokan umum dan demonstrasi massal pada hari Senin.

Pemogokan dan demonstrasi telah dipersiapkan di seluruh negeri dan memaksa pemerintah untuk mundur. Perdana Menteri sendiri mengumumkan akan membebaskan para tahanan dan membuka kembali Sorbonne. Tetapi itu tidak cukup untuk meredam gerakan.

Pada hari Senin lebih dari satu juta orang berbaris melewati Paris dan polisi siap siaga. Para pemimpin serikat buruh puas; mereka telah membuat suara mereka didengar, pemerintah harus mundur dan kehidupan normal dapat dikembalikan. Namun itu tidak terjadi.

Sorbonne dibuka kembali, tetapi telah diduduki dan mahasiswa membentuk sebuah 'constitutional assembly' (parlemen). Dan sepanjang laporan bahwa banyak kaum buruh melancarkan aksi tidak hanya satu hari saja, pemogokan berlanjut dan direncanakan, pabrik-pabrik dikuasai. Pada tanggal 16 lima puluh pabrik direbut, tanggal 17, 200.000 kaum buruh melancarkan pemogokkan. Pada tangal 18, melihat mulai membesarnya gerakan, para pemimpin serikat buruh untuk berupaya dan mengontrolnya dengan menyelewengkan gerakan menjadi tuntutan perbaikan upah dan kondisi. Pada sore itu dua juta kaum buruh melancarkan pemogokan, dan dalam lima hari kemudian jumlahnya bertambah menjadi sepuluh juta. Perancis tergelincir, penguasa pemerintah dan klas yang diwakilinya sekarang sedang runtuh.

Pada hari Selasa 14 Mei, satu hari setelah 24 jam mogok, situasi menjadi berbeda. Kaum buruh memperluas aksi mereka ke setiap sektor (bagian) pabrik. Mereka menutup manajemen di kantornya, membentuk sebuah komite aksi dan memutuskan untuk memperluas aksi.

Hari berikutnya pemogokkan dan penguasaan telah meluas ke Renault, galangan kapal, rumah sakit. Tanggal 16, 60.000 buruh Renault keluar dan enam sektor utama dikuasai. Citroen keluar dan pantai Le Harvre dan Marseille ditutup. Setiap buruh bergerak untuk aksi.

Tanggal 18 lebih dari dua juta buruh melancarkan pemogokan, dan birokrasi serikat buruh, demi melihat gerakan tidak dapat mereka kontrol, terpaksa berupaya dan 'menungganginya' dibawah kontrolnya. Mereka memerintahkan pemogokan total untuk menuntut perbaikan upah dan kondisi. Responnya adalah ketidakpuasan yang semakin luas dan dalam, yang pada hari Rabu berikutnya, sepuluh juta buruh melakukan pemogokan umum.

Bagaimanapun, bagi kaum buruh dan mahasiswa pemogokan bukanlah hanya persoalan upah dan kondisi-ia adalah tentang kekuasaan. Berawal dari tuntutan bagi mundurnya pemerintah dan Presiden de Gaulle--pemogokan bukanlah hanya ekonomis, ia lebih dari itu; politis. Dengan berupaya untuk membatasi diri pada tuntutan ekonomi para pemimpin serikat buruh nyata-nyata menggelincirkan gerakan. 1968 adalah gerakan sosial, sebuah revolusi.

Aktivitas kerja terhenti, pabrik-pabrik, TV berhenti, perdebatan menghebat. Orang berubah dalam beberapa jam atau beberapa hari melebihi yang mereka alami di hari-hari biasa. Orang yang sebelumnya konservatif kini berbicara tentang revolusi.

Pada tanggal 24 Mei, de Gaulle membacakan pidato nasional di TV. Bahkan dengan pengakuannya bahwa ia telah gagal. Ia seorang tua yang ada di dunia lama. Pada hari yang sama, pemimpin mahasiwa Daniel Cohn-Bendit ditolak untuk masuk kembali ke dalam negeri setelah lari keluar negeri. Suatu malam seorang pemuda berusia 26 tahun terbunuh--korban pertama pada peristiwa tersebut. Protes berkembang, kerumunan massa merangsek dan membakar Bourse, gedung stok Perdagangan Paris.

Revolusi

Demonstrasi-demonstrasi besar terjadi setiap hari dan komite-komite pemogokan semakin lama semakin melebihi fungsi menjadi administrasi sipil, bergabung bersama, dan sebagai embrio dari suatu sistim pemerintah alternatif. Dua Kekuasaan terjadi.

Tanggal 29 demonstrasi besar lainnya terjadi di Paris membuat situasi menjadi lebih matang. Para pejabat pemerintah kemudian mengakui bahwa mereka yakin tidak dapat bertahan dalam beberapa jam lagi. Demonstrasi itu sendiri, dengan kepemimpinan yang cukup, seharusnya dapat mengambil alih Istana Elysee dan mengambil alih kekuasaan. Sayang sekali, tidak ada kepemimpinan yang cukup.

Para pemimpin serikat buruh melakukan negosiasi dengan pemerintah. Selama dua hari dua malam mereka berdiskusi dengan Menteri Urusan Sosial.

Menurut Sunday Times, 'setiap amatiran dapat menegosiasikan konsesi besar pada situasi seperti itu'. Ketika klas penguasa sedang sekarat, sementara para pemimpin serikat buruh mengembangkan senyumnya dengan daftar konsesi yang telah dinegosiasikan: Kenaikan upah 7%, Para pemogok menerima setengah pembayaran normal pada saat pemogokan.

Pemimpin CGT (serikat buruh) George Seguy pergi dengan bangga kembali ke Renault di Billancourt. Namun ia dengan segera mendapat cercaan dan celaan. Di setiap sektor Renault, pada kenyataannya, perjanjian ditolak sebagai suatu penghianatan dan kaum buruh bekerja keras lagi demi perjuangan panjang.

Hal ini telah menempatkan para pemimpin serikat buruh untuk satu meja dengan pemerintah. Mereka telah mencapai sebuah kesepakatan yang tidak masuk akal. Tetapi kaum buruh menolaknya. Mereka telah jauh berjuang dan tidak akan mundur demi sesuatu yang 'kecil.'

Mereka menginginkan lebih dari sekedar upah yang layak atau berbicara tentang hak-hak serikat buruh saja. Apa yang menjadi kenyataan pahit adalah kepemimpinan yang dibutuhkan, khusunya dari Partai kiri Perancis (kaum Sosial-Demokrat). Apa yang telah mereka persembahkan untuk berjuang? Jika mereka bergerak hanya dengan satu jari saja mereka dapat menyapu de Gaulle dan klas kapitalis yang berada di belakangnya. Tetapi pada moment yang sangat menentukan tersebut mereka gagal, membawa konsekuensi gerakan berjalan tertatih-tatih.

De Gaulle telah meninggalkan negeri untuk suatu pembicaraan rahasia dengan Jenderal Massu, komandan tentara Perancis di Jerman Barat untuk mendiskusikan intervensi militer.

Ia kembali dan berpidato di depan TV. "Negeri kita telah terancam oleh diktatur komunis," ia nyatakan. Ia kemudian mengumumkan bahwa Assembly (parlemen) dibubarkan dan bahwa pemilihan umum akan segera dilaksanakan pada bulan Juni. Kaum buruh harus kembali bekerja secara normal, jika tidak demikian maka 'negara dalam keadaan darurat' akan diberlakukan dan 'tindakan yang perlu' akan diambil.

Pada sore yang sama, hampir satu juta kaum reaksioner Perancis menemukan kekuatannya kembali untuk turun ke jalan. Tentara terlihat di dekat Paris, tank-tank berada di ring-road. Karena kelambanan dari para pemimpin serikat buruh dan, terutama, para pemimpin Partai kiri Perancis, 'moment' revolusioner mulai menyurut.

Seharusnya dengan gerakan buruh yang besar itu kaum kiri dapat dengan mudah mengambil alih kekuasaan, mereka harus mengambilnya. Ketika Gaulle berusaha untuk mengambil inisiatif mereka bahkan tidak menawarkan respon apapun. 'Ketika ia (Gaulle) mengumumkan bahwa negara masih ada, kaum kiri bersembunyi. '(The Economist, June 1st, 1968).

“Kesempatan”

Partai kiri memasuki kampanye pemilu, menerimanya sebagai suatu 'kesempatan bagi rakyat untuk berbicara. Mereka memerintahkan buruh untuk melakukan negosiasi demi kesepakatan yang terbaik dan kemudian kembali bekerja.

Pada hari berikutnya, setelah beberapa konsesi ekonomi diberikan, aktivitas kerja perlahan mulai kembali di sektor publik, dan polisi secara sistematis menghalau para mereka yang merebuti pabrik. Mereka melawan, tetapi para pemimpin serikat buruh tidak memberikan respon. Partai kiri menerima pemilihan umum Gaulle dan tidak ingin diasosiasikan dengan segala cap tindakan 'ekstrimis'.

Setelah 7 Juni perlawanan masih ada, namun terisolasi dan mudah ditindas. Seorang pelajar sekolah ditenggelamkan di Seine dalam pertempuran untuk mengakhiri pendudukan Renault di Flins, dan dua orang buruh ditembak mati di pabrik Peugeot di Schaux.

Tanggal 12, pemerintah melarang beberapa organisasi mahasiswa dan beberapa kelompok 'kiri'. Serikat mahasiswa nasional membatalkan aktivitas jalanan untuk menghindari bentrokan. Gerakan kehilangan dorongan. Kemudian tanggal 16, Sorbonne secara penuh diambil kembali oleh polisi. Ada beberapa kali bentrokan di Latin Quarter, tetapi tidak ada barikade. Gerakan sepenuhnya berakhir.

Bagaimanapun, bukanlah kemiskinan dan kemerosotan ekonomi yang membawa revolusi. Perancis sedang modernisasi dengan cepat, dan kaum buruh dan mahasiswa mendapatkan sebenarnya diuntungkan.

Para ekonom menggambarkan barisan produksi di Renault sebagai 'Pemandangan dari Neraka'. Kaum buruh berbicara tentang 'les cadences' - irama yang kuat dari barisan tersebut, tekanan, ketegangan, keringat. Seperti Inggris hari ini, Perancis di tahun 1968 adalah negeri yang siap meledak. Sebuah masyarakat yang menawarkan banyak tetapi, pada akhirnya, memberikan sedikit.

Ketika kaum buruh mogok, itu tidak cuma tentang roti. Ia berbicara tentang sakit sosial yang telah kronis. Ia adalah tentang manajemen budaya yang ada. Tentang melakukan balas dendam bagi semua percepatan dan gertakan. Itulah mengapa gerakan dapat dengan begitu cepat berkembang menjadi revolusi.

Namun semua itu membutuhkan kepemimpinan. Akan tetapi para pemimpin kaum buruh tenggelam di masa lalu. Tahun 1968 adalah pemogokan umum terbesar dalam sejarah. Walaupun pada kenyataannya buruh kembali bekerja.

Tetapi ia dapat menjadi berbeda. Kaum buruh telah terinspirasi oleh gerakan. Seperti sekarang kaum akademisi, para pengejek dan birokrat telah tuliskan bahwa kaum buruh, bukan hanya sebagai kekuatan perlawanan tetapi juga sebagi klas dalam dirinya (class in itself). Tetapi gagasan tersebut tersapu bersih oleh gerakan. Satu hal membuat jelas, dan terus jelas sampai hari ini; ketika klas buruh bergerak ke dalam aksi ia tidak dapat dengan mudah dipukul.

May 1998

Editing oleh Marsinah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar